Fahri Hamzah bilang, Prabowo tidak punya pengalaman berbuat curang: kita kalah dua kali

Rabu, 15 November 2023 – 12:14 WIB

Jakarta – Kecurangan pemilu menjadi salah satu perbincangan yang diangkat oleh calon presiden dan wakil presiden atau tim sukses pada Pilpres 2024. Terkait hal tersebut, Wakil Ketua Partai Gelora Fahri Hamzah menyoroti siapa saja yang bisa berbuat curang pada pemilu 2024.

Baca juga:

Gibran rindu berbincang dengan Megawati saat pengundian nomor urut calon wakil presiden

Dari ketiga calon presiden, Fahri mengatakan hanya Prabowo yang tidak pernah masuk tim sukses Jokowi pada dua pemilu sebelumnya. Berbeda dengan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang menjadi bagian tim sukses Jokowi.

“Kita kalah dua kali, biasanya yang kalah ditipu. Jadi kita belum pernah merasakan posisi orang yang curang. Jadi bagi yang sering curang, sebaiknya jangan salahkan orang yang sudah terbiasa berbuat curang.” penipuan,” kata Fahri di akun jejaring sosial X miliknya, seperti dikutip VIVA, Rabu, 15 November 2023.

Baca juga:

Bupati Padang Lawas Utara Mundur, Pj Gubernur Sumut Ungkap Alasannya

“Cuma Pak Prabowo calon presiden yang tidak pernah masuk tim Pak Jokowi dalam 2 Pilpres terakhir. Itu faktanya. Maaf,” lanjut Fahri sambil menambahkan emoticon tersenyum.

Baca juga:

Sungkem dan Salim Megawati selama di KPU Gibran: Beliau orang yang saya hormati

Prabowo menjadi lawan Jokowi di dua Pilpres, yakni pada 2014 dan 2019. Anies Baswedan masuk dalam tim sukses Jokowi pada Pilpres 2014. Sedangkan Ganjar Pranowo merupakan salah satu kader PDIP yang satu partai dengan Jokowi dan pasti masuk dalam partai tersebut. kubu tertentu.

“Paslon nomor urut 1 dan nomor urut 3 sudah biasa mendampingi Pak Jokowi di 2 pemilu lalu. Mereka pasti tahu Pak Jokowi punya kebiasaan menyontek atau tidak. Jadi tidak perlu teriak-teriak karena sudah terbiasa. dan tahu,” tulis Fahri.

Yang jelas, wakil presiden DĽR RI periode 2014-2019 banyak merupakan kader partai. Ada yang menjadi pejabat publik melalui pemilu, ada juga yang mendapat jabatan strategis negara bukan melalui pemilu.

Apalagi, di kabinet, lanjut Fahri, partai-partai di pasangan calon lainnya masih mempunyai menteri, bahkan terbanyak di kabinet pemerintahan saat ini.

“Pasangan pertama ada 2 partai yang masih duduk di kabinet. Pasangan ketiga yang jabatan menterinya terbanyak. Mereka masih mendominasi bidang politik dan keamanan. Lalu siapa yang akan disalahkan?” cuit Fahri.

Sisi lain

Yang jelas, wakil presiden DĽR RI periode 2014-2019 banyak merupakan kader partai. Ada yang menjadi pejabat publik melalui pemilu, ada juga yang mendapat jabatan strategis negara bukan melalui pemilu.



Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *